Berapa Lama Rehabilitasi Judi Online Bagi Para Pecandu

Berapa Lama Rehabilitasi Judi Online Bagi Para Pecandu?

Judi online memberikan efek kecanduan, pecandu judol membutuhkan waktu minimal tiga bulan agar bisa berhenti dari kegiatan tersebut.

Kecanduan judi online dibutuhkan penanganan khusus, pastinya butuh pendekatan secara intensif serta terpadu. Sani Budiantini Hermawan selaku psikolog menginformasikan bahwa rehabilitasi judi online dibutuhkan waktu setidaknya minimal tiga bulan sampai si individu benar-benar berhenti.

Tiga Aspek Penanganan Pecandu Judi Online

Dalam penanganannya melibatkan tiga aspek utama dan penting, yaitu medikasi dari psikiater agar bisa mengatasi stres maupun depresi si pemain judi, psikoterapi dari psikolog agar bisa membantu memulihkan perilaku serta pola pikir individu terkait, dan juga dukungan dari keluarga dalam pemberian pengawasan serta kontrol saat pemulihan, ujar Sani pada 26 November 2024.

Tidak hanya terapi psikologis saja, pendekatan spiritual pun penting seperti lebih mendekatkan diri kepada Tuhan ketika berlangsungnya rehabilitasi agar mental lebih kuat. Beragam pendekatan tadi dilakukan agar bisa mengurangi efek kecanduan terhadap judi online sehingga individu bisa menjalani aktivitas lebih baik secara mental, fisik, dan sosial.

Dampak Psikologis Serius

Sani juga mengungkapkan untuk menangani kasus kecanduan judi online juga tidak boleh sembarangan. Perlu dilakukan secara paralel dan tentunya konsisten agar individu yang kecanduan judol dapat keluar dari lingkup aktivitas ilegal tersebut.

Pasalnya individu yang sudah kecanduan judi online mengalami dampak serius dalam hal psikologi, salah satunya karena utang menumpuk akibat main judi. Seperti yang diketahui, judi bukan hanya menguras isi kantong namun merusak hubungan sosial dan mental individu terkait.

Kekurangan finansial disebabkan judi online, selain itu percaya diri hilang, munculnya konflik dalam keluarga, teman, maupun pasangan. Hal tersebut menyebabkan pecandu judi online terisolasi, stres berat, depresi, dan dimusuhi. Tidak jarang mereka melakukan tindakan nekat seperti mengakhiri hidup karena tekanan yang begitu berat, tambah Sani.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *